Cerpen: Aku Cinta Matematika



Bulan Juni 2007. Aku naik ke kelas VIII Sekolah Menengah Pertama. Kelas baru, teman-teman baru, juga semangat baru. Aku sangat bersemangat menyambut itu semua, dan sempat ada rasa takut terkalahkan oleh teman-teman baru di kelas.
Dan saat itulah aku mulai mencintai Matematika. Karena sedari dulu aku kurang menyukai Matematika. Selain pelajarannya itu memusingkan juga guru-gurunya selalu berdarah tinggi alias sering marah-marah. Namun sekarang aku menjadi suka, bangga dan sangat mencintai Matematika. Setiap hari aku selalu menunggu pelajaran Matematika dan Tekhnologi Informasi Komunikasi, setiap ada pelajaran itu aku selalu menunggunya.
                        *                                  *                                  *
Day after day
Suasana kantin begitu ramai, dipenuhi kerumunan murid-murid. Sedang aku berdiri di koridor kelas lantai dua. Ketika bel berbunyi pertanda masuk, semua murid pun  masuk ke kelasnya masing-masing, termasuk aku masuk ke kelas dan duduk di kursi paling depan. Aku sangat senang sekali pada saat itu, karena pelajar Matematika akan segera di mulai. Teman-teman semua terlihat sudah kekenyangan karena sudah makan dan jajan di kantin tadi. Tapi aku begitu semangat. Ibu Anni, guru yang terkenal dengan memusingkan kepala maurid, padahal dia mengasyikan dan disetiap menjelaskan pelajaran Matematika tidak membuat jenuh dan pasti akan mengerti. Ibu Anni memakai kacamata tebal dan memulai pelajarannya. Seperti biasa dia menulis rumus-rumus di black board dan menjelaskannya. Setelah itu dia memberi soal latihan, dan menyuruh murid untuk ke depan mengerjakan soal-soalnya.
Saat itu aku ke depan dan mengerjakannya. Dengan lihai tanganku menulis angka-angka dan menjawab soal latihan.
“ayo, siapa lagi yang mau mengerjakan soal latihannya?” Tanya Ibu dengan nada tinggi
Teman-teman hanya terdiam dan melamun. Matanya seolah memperhatikan, namun mereka tidak memahami. Dan saat itu pun tidak ada murid yang maju ke depan terkecuali aku sampai berulang kali ke depan mengerjakan tugasnya. Padahal saat itu tidak ada soal yang sulit, semua begitu mudah untuk dikerjakan jika mengerti dan memahami.
“aku lagi bu” ucap aku sambil mengangkat tangan dengan tinggi dan semangat yang kian berkobar dibalik senyum bibir kecilku.
“jangan kamu terus, coba yang lainnya” jawab Ibu
namun teman-teman tetap saja tidak ada yang mau maju ke depan. Saat itu Ibu sedikit kecewa karena dari 38 murid hanya satu yang mengerti. Mungkin Ibu menyangka bahwa dia gagal memberikan pengajaran kepada muridnya.
Setelah lama kemudian bel berbunyi, tanda mulai ganti mata pelajaran. Saat itu ibu keluar kelas, tidak lama dari sana, aku berdiri di luar kelas yang ada di lantai atas. Sejenak me-refreshkan pikiran.
Kemudian teman-teman menghampiriku yang berdiam diri.
“na, kamu jago banget Matematikanya” ucap Rina
“iya hebat” selang Nazma menambahkan
“ah, engga. Biasa saja kok” jawab aku sambil tersenyum
“iya, beneran” ucap mereka dengan serentak
“kamu dulu ranking berapa na?” Tanya mereka
“hehe..malu kalau ditanya ranking” jawabku singkat
Aku tersenyum bahagia, karena kali ini aku begitu jatuh cinta Matematika dan sampai membuat bangga teman-teman. Ternyata jika kita memahami dan mempelajari Matematika dengan baik pasti kita akan bisa. Niat awal yang baik pasti menghasilkan akhir yang baik.



-Lina Fatinah-
2012

(Dikirim dalam perlombaan tapi tidak menang haha)
Memang benar ya, tulisan yang sealakadarnya ditulis itu tidak akan menang :D